Selasa, 12 Februari 2013

Makalah kriminologi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kriminologi sebagai ilmu sosial terus mengalami perkembangan dan peningkatan. Perkembangan dan peningkatan ini disebabkan pola kehidupan sosial masyarakat yang terus mengalami perubahan-perubahan dan berbeda antara tempat yang satu dengan yang lainnya serta berbeda pula dari suatu waktu atau jaman tertentu dengan waktu atau jaman yang lain sehingga studi terhadap masalah kejahatan dan penyimpangan juga mengalami perkembangan dan peningkatan dalam melihat, memahami, dan mengkaji permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat dan substansi di dalamnya.
Berkembangnya studi yang dilakukan secara ilmiah mengenai tingkah laku manusia memberikan dampak kepada berkurangnya perhatian para pakar kriminologi terhadap hubungan antara hukum dan organisasi kemasyarakatan. Kemunculan aliran positif mengarahkan para pakar kriminologi untuk lebih menaruh perhatian kepada pemahaman tentang pelaku kejahatan (penjahat) daripada sifat dan karakteristik kejahatan, asal mula hukum serta dampak-dampaknya. Perhatian terhadap hubungan hukum dengan organisasi kemasyarakat muncul kembali pada pertengahan abad 20, karena hukum mulai dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan sifat dan karaktersitik suatu kejahatan. Para pakar kriminologi berkeyakinan bahwa pandangan atau perspektif seseorang terhadap hubungan antara hukum dan masyarakat memberikan pengaruh yang penting dalam penyelidikan-penyelidikan yang bersifat kriminologis.
Dalam pembahasan mengenai asal-usul tingkah laku kriminal dan dalam pertimbangan mengenai faktor mana yang memegang peran, utamanya di antara faktor keturunan atau faktor lingkungan, kriminolog tersebut menarik kesimpulan bahwa, kriminalitas manusia normal adalah akibat, baik dari faktor keturunan maupun dari faktor lingkungan, dimana kadang-kadang dari faktor keturunan dan kadang-kadang pula faktor lingkungan memegang peran utama, dan di mana kedua faktor itu juga dapat saling mempengaruhi.
Secara garis besarnya, bahwa faktor keturunan dan faktor lingkungan masing-masing bukan satu faktor saja melainkan suatu gabungan faktor, dan bahwa gabungan faktor ini senantiasa saling mempengaruhi di dalam interaksi sosial orang dengan lingkungannya.
Jadi, seorang manusia normal bukan ditentukan sejak lahir untuk menjadi kriminal oleh faktor pembawaannya yang dalam saling berpengaruh dengan lingkungannya menimbulkan tingkah laku kriminal, melainkan faktor-faktor yang terlibat dengan iteraksi lingkungan sosial itulah yang memberikan pengaruhnya bahwa ia betul-betul menjadi kriminal dalam pengaruh-pengaruh lingkungan yang memudahkannya itu.

1.2 Rumusan Permasalahan
Hal yang ingin diangkat penulis menjadi masalah dalam makalah ini adalah mengenai perilaku dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( DPRRI ) yang tertangkap kamera wartawan sedang menonton video porno dalam sidang paripurna .
Masalah pokok diatas kemudian dikembangkan oleh penulis dengan menggabungkan masalah diatas dengan ilmu kriminologi dan melihat kejadian tersebut dari perturan perundang – undangan yang berlaku yakni:
1.      Undang – undang nomor 44 tahun 2008 tentang Pornografi.
2.      Undang – undang nomor 11 tahun 2008 tentang ITE
Dengan dibantu oleh ilmu kriminologi dan perturan perundang – undangan yang berlaku masalah yang akan dikemukan oleh penulis ialah:
1.      Pengertian kejahatan dan penjahat?
2.      Apa pandangan krimonologi mengenai perilaku anggota DPR RI yang tertangkap sedang nonton video porno dalam sidang paripurna?
3.      Apa peraturan yang telah dilanggar oleh anggota DPR RI dari peraturan diatas?

1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Kriminologi  serta agar ingin lebih megkaji dan memahami tentang tipe penjahat dan hubungannya dengan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI yang menonoton video porno dalam sidang paripurna .




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kejahatan, Penjahat dan Klasifikasi Penjahat
A. Kejahatan
Ada beberapa pengertian tentang kejahatan diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Istilah kejahatan berasal dari kata jahat, yang artinya sangat tidak baik, sangat buruk, sangat jelek, yang ditumpukan terhadap tabiat dan kelakuan orang. Kejahatan berarti mempunyai sifat yang jahat atau perbuatan yang jahat.
·         Kejahatan ialah suatu perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang – undang pidana yang berlaku tetapi juga tidak betentangan dengan kesusilaan,kebudayaan dan kebiasaan di masyarakat dan telah dijatuhkan hukuman dari pengadilan yang dapat merugikan baik sosiologis maupun ekomoni.
·         Secara yuridis, Kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum atau yang dilarang oleh undang-undang. Disini diperlukan suatu kepastian hukum, karena dengan ini orang akan tahu apa perbuatan jahat dan apa yang tidak jahat.
·         Menurut Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, S.H., Kejahatan adalah pelanggaran dari norma-norma sebagai unsur pokok kesatu dari hukum pidana.
·         Menurut Richard Quinney, Definisi ttg tindak kejahatan (perilaku yg melanggar hukum) adalah perilaku manusia yang diciptakan oleh para pelaku yang berwenang dalam masyarakat yang terorganisasi secara politik, atau kualifikasi atas perilaku yang melanggar hukum dirumuskan oleh wargawarga masyarakat yang mempunyai kekuasaan.
·         Kejahatan adalah gambaran perilaku yang bertentangan dengan kepentingan kelompok masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk membentuk kebijakan publik, atau perumusan pelanggaran hukum merupakan perumusan tentang perilaku yang bertentangan dengan kepentingan pihakpihak yang membuat perumusan.
·         Dilihat dari segi sosiologis, kejahatan merupakan salah satu jenis gejala sosial, yang berkenaan dengan individu atau masyarakat.
·         Dalam rumusan Paul Mudigdo Moeliono, kejahatan adalah perbuatan manusia, yang merupakan palanggaran norma, yang dirasakan merugikan, menjengkelkan, sehingga tidak boleh dibiarkan.
B. Penjahat
·         Penjahat adalah orang yang melakukan perbuatan melanggar hukum atau yang dilarang oleh undang-undang.
·         Menurut Vollmer sebagai seorang tokoh di bidang kriminologi mengatakan bahwa penjahat adalah orang yang dilahirkan tolol dan tidak mempunyai kesempatan untuk merubah tingkah laku karena baginya tidak dapat mengendalikan dirinya dari perbuatan anti sosial yang merugikan individu.
·         Menurut Parson penjahat ialah oreang yang mengancam kehidupan dan kebaikan orang lain dan membebankannya pada masyarkat disekelilingnya.
·         JE Sahetapy mengatakan bahwa penjahat adalah orang – orang yang berkelakuan anti sosial dimana perbuatanya bertentangan dengan norma – norma kemasyarakatan dan agama serta merugikan dan menganggu ketertiban umum.

C. Klasifikasi Penjahat
Noach melihat krimanalitas dari dua sisi, yaitu
1. Sisi Perbuatannya
Dilihat dari sisi perbuatannya, kriminalitas dapat dikelompokkan lagi ke dalam dua kelompok yaitu:
a. Cara Perbuatan itu dilakukan, kelompok ini dapat dibagi menjadi:
ü  Perbuatan dilakukan dengan cara si korban mengetahui baik perbuatannya maupun pelakunya. Tidak menjadi masalah apakah si korban sadar bahwa itu adalah suatu tindak pidana atau bukan. Misalnya dalam hal penganiayaan, penghinaan, perampokan, penipuan, dan delik seksual. Di samping itu terdapat pula delik yang dilakukan sedemikian rupa sehingga si korban tidak mengetahui baik perbuatannya maupun maupun pelakunya pada saat perbuatan itu dilakukan seperti penggelapan, penadahan, pencurian, pemalsuan, dan peracunan
ü  Perbuatan dilakukan dengan menggunakan sarana seperti bahan kimia, perlengkapan, dan sebaginya atau tanpa sarana.
ü  Perbuatan dilakukan dengan menggunakan kekerasan atau dilakukan dengan “biasa”.
b. Benda hukum yang dikenai atau menjadi obyek delik misal kejahatan terhadap nyawa, kejahatan terhadap kekuasaan umum, dan lain sebagainya.
2. Sisi Pelakunya
Dilihat dari sisi pelakunya, dapat dibagi menurut motif si pelaku, mengapa melakukan kejahatan, dan dari sifat pelaku sendiri.,Lombroso mengklasifikasi penjahat sebagai berikut:
a.       Penjahat pembawaan (born criminal), yaitu penjahat yang dilihat dari ciri-ciri tubuhnya (stigmata) karena atavisme (degenerasi) lalu menjadi jahat.
b.      Penjahat karena sakit jiwa seperti idiot, imbesil, melankoli, epilepsi, histeri, dementia pellagra, dan pemabuk.
c.       Penjahat karena dorongan hati panas (passion) seperti membunuh istri simpanan suaminya.
d.      Penjahat karena kesempatan yang dapat dibagi menjadi:
ü  Penjahat bukan sebenarnya (pseudo criminal) yaitu mereka yang melakukan tindak pidana karena keadaan yang sangat melukai hati secara luar biasa dan mereka yang melakukan tindak pidana hanya karena tindakan teknis, tanpa menyangkut suatu nilai moral atau norma, misalnya pelanggaran lalu lintas, dsb.
ü  Penjahat karena kebiasaan, penjahat ini pada saat lahir normal, namun sejak masa kanak-kanak dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang jahat, akhirnya kebiasaan itu menjadi watak yang menyimpang dari anggota masyarakat normal.
e. Kriminoloid, merupakan peralihan antara penjahat pembawaan dan penjahat karena kebiasaan, yaitu mereka yang baru pada keadaan kurang baik yang ringan-ringan saja telah terlibat dalam tindak pidana
Dalam klasifikasinya, Lombroso menggunakan kriteria psikis, fisik, dan lingkungan.
Garfalo, membuat klasifikasi sebagai berikut:
1.      Pembunuh.
2.      Penjahat agresif.
3.      Penjahat karena kurang kejujuran, dan
4.      Penjahat karena dorongan hati panas atau karena ketamakan

Aschaffenburg membagi penjahat menjadi:
1.      Penjahat karena kebetulan, yaitu mereka yang melakukan tindak pidana karena culpa.
2.      Penjahat karena pengaruh keadaan, yaitu mereka yang karena pengaruh tiba-tiba dengan segera berakibat dia melakukan kejahatan.
3.      Penjahat karena kesempatan, yaitu mereka yang karena ada kesempatan terbuka secara kebetulan, lalu melakukan tindak pidana.
4.      Penjahat kambuhan (residivis), yaitu mereka yang berulang-ulang melakukan kejahatan, baik kejahatan semacam maupun tidak.
5.      Penjahat karena kebiasaan, yaitu mereka yang secara teratur melakukan kejahatan.
6.      Penjahat professional, mereka yang secara teratur melakukan kejahatan secara aktif dan sikap hidupnya memang diarahkan kepada kejahatan.



Abrahamsen membagi penjahat menjadi:
1.      Penjahat sesat, Penjahat karena situasi tertentu, kebetulan, dan karena pengaruh orang lain.
2.      Penjahat kronis.
ü  Penjahat karena penyimpangan organis atau fungsional tubuh maupun jiwa
ü  Penjahat sesat yang kronis yaitu mereka sering kali terlibat dalam suatu situasi, kronis, karena pengaruh orang lain.
ü  Penjahat neurotik, dan mereka yang bertindak di bawah pengaruh dorongan di dalam dirinya.
ü  Penjahat dengan watak neurotis, jika penjahat neurotik banyak dilihat dari tingkah lakunya, maka penjahat dengan watak neurotis dilihat dari watak kepribadiannya.
ü  Penjahat dengan pertumbuhan nurani yang kurang baik (superego)

Gruhle membagi penjahat menjadi:
1.      Penjahat karena kecenderungan (bukan bakat):
ü  Aktif: mereka yang mempunyai kehendak untuk berbuat jahat.
ü  Pasif: mereka yang tidak merasa keberatan terhadap dilakukannya tindak pidana, tetapi tidak begitu kuat berkehendak sebagai kelompok yang aktif, delik bagi mereka ini merupakan jalan keluar yang mudah untuk mengatasi kesulitan.


2.      Penjahat karena kelemahan.
ü  Mereka yang baik karena situasi sulit, keadaan darurat maupun keadaan yang cukup baik, melakukan kejahatan, bukan karena mereka berkemauan, melainkan karena tidak punya daya tahan dalam dirinya untuk tidak berbuat jahat.
3.      Penjahat Karena hati panas
ü  Mereka yang karena pengaruh sesuatu tidak dapat mengendalikan dirinya juga karena putus asa lalu berbuat jahat.
4.      Penjahat karena keyakinan
ü  Mereka yang menilai normanya sendiri lebih tinggi daripada norma yang berlaku di dalam masyarakat.

2.1 Pandangan Kriminologi Terhadap Perlaku Anggota DPR RI Yang Sedang
Menonton Video Porno

Dalam ilmu kriminologi ada bermacam – macam tipe penjahat , salah satunya ialah menurut RUTH S CAVAN ada 9 penggolongan penjahat  yaitu: 
1.      The causal of defender crime.
2.      The occasional of crime.
3.      The episode of crime.
4.      The white color crime.
5.      The habitual crime.
6.      The professional crime.
7.      The organize crime.
8.      The abnormally mentally crime.
9.      The milisionois crime.
Dari ke-9 penggolongan penjahat diatas timbul pertanyaan apakah yang dilakukan oleh anggota DPR RI yakni menonnton video porno dapat dikatakan dia seorang penjahat? Jikalau ya, termasuk golongan yang mana dia ?
Dalam ilmu kriminologi dalam arti terbatas kita mempelajari tentang bentuk , sebab dan akibat dari kejahatan .
Dari bentuk kejahatan ada beberapa faktor yaitu :
a.       Bakat.
b.      Lingkungan (milio).
c.       Spiritual.
d.      Gabungan.
Untuk menjawab pertanyaan diatas kita dapat melihat dari faktor terjadinya kejahatan serta beberapa pengertian penjahat diatas .penulis menyimpulkan bahwa apa yang  anggota DPR RI yang tertangkap kamera oleh wartawan sedang menonton video porno adalah seorang penjahat karena telah melakukan suatu perbuatan yang dilarang oleh perturan perundang – undangan yang dipaparkan oleh penulis diatas.

Mengenai tipe penjahat sesuai dengan penggologan penjahat diatas , penulis menyimpulkan bahwa anggota dewan tersebut termasuk golongan penjahat:
a.       The white color crime.
Ialah kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berstatus sosial tinggi atau orang yang mempunyai martabat dan kewenagan yang tinggi.
Sebagai seorang anggota DPR RI , oaring tersebut telah memenuhi pengertian dari golongan penjahat diatas walaupun golongan kejahatan diatas lebih sering dikaitkan dengan tindak korupsi tetapi kejahatan yang telah dilakukan oleh orang diatas dilakukan dalam kapasitasnya sebagai seorang legislator .
b.   The habitual crime.
ialah kejahatan yang pada awalnya adalaha suatu kebiasaan yang pada akhirnya menjadi suatu kejahatan.
Mungkin pada awalnya anggota DPR RI yang melakukan tindakan tidak terpuji diatas telah biasa menonton video porno sebagai suatu kebiasaan dalam kapasitas untuk kesenangan pribadi tetapi kebiasaan tersebut menjadi suatu tindak kejahatan karena kebiasaan tersebut dilakukan dalam kapasitasnya sebagai wakil rakyat dan dilakukan dalam proses rapat paripurna di DPR.
Walaupun penulis tidak dapat membuktikan bahwa tindkan tersebut adalah suatu kebiasaan tapi kita melihat masalah ini dalam tataran ilmu kriminologi.

2.3 Peraturan Yang Dilanggar Oleh Anggota DPR Ri Karena Perbutannya.

Dlam kaitan peraturan yang telah dilanggar sendiri oleh pembuatnya dalam kasus video porno anggota DPR RI tersebut dapat di kenakan pidana yakni pasal 31 dan 32 undang – undang nomor 44 tahun 2008 tentng pornografi yang berbunyi:
Pasal 31:
Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Pasal 32:
Setiap orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berbicara tentang teori kriminologi merupakan suatu usaha dalam memahami dan mengungkapkan pelbagai permasalahan tentang kejahatan dan penyimpangan yang ada di dalam masyarakat. Teori-teori kriminologi ini menjadi landasan yang akan menunjukkan arah kepada pengamat atau peneliti dalam menentukan masalah apa yang akan diteliti dan dicari solusinya.
Dalam menentukan teori mana yang menjadi landasan, hasil yang maksimal akan dicapai apabila kita dapat menentukan perspektif mana yang akan digunakan. Penentuan perspektif ini kemudian memberikan patokan kepada kita dalam usaha penelusuran dan pencarian kebenaran terhadap realita yang ada di dalam masyarakat (kejahatan dan penyimpangan yang merupakan satu gejala sosial masyarakat). Karena itu dibutuhkan suatu paradigma berpikir yang akan menuntun ke arah fokus perhatian suatu masalah sehingga masalah tersebut dapat dikaji secara mendalam.
3.1 Saran
Dari uraian diatas penulis ingin memberikan saran kepada segenap lapisan masyarakat untuk melekukan social control terhadap setiap penyimpangan yang terjadi di masyarakat baik yang bersifat susila maupun criminalitas karena dengan adanya pengawasan dari masyarakat kita berharap nantinya dapat berkuranglah kejahatan di masyrakat .

DAFTAR PUSTAKA
            Bonger,W.A, 1995. Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembanguan, Jakarta.
            Santoso,Topo & Eva Achjani Zulfa. 2011. Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
            Regar, Tomy. 2011. Anak hukum medan. Makalah. http://tommyregar.blogspot.com/2011/11/makalah-kriminologi.html diakses pada tanggal 19 April 2012.

            Monograf Kriminologi
            Undang – undang nomor 44 tahun 2008
            Undang – undang nomor 11 tahun 2008






2 komentar:

  1. sangat membantu. lebih daripada situs2 yang narik orang buat liat contoh makalah tapi ga bisa dibuka dan ga sesuai nama situs. termakasih :)

    BalasHapus
  2. Ok mr, diterima kritik dan sarannya...:)

    BalasHapus